Jaman memang semakin edan, eh jaman edan, sebenarnya bukan jamannya yang edan, tapi manusia yang hidup di jaman tersebut yang edan. Acap kali kita melihat fenomena pendidikan khususnya di negara ini, yang kian hari kian merosot baik dari segi kualitas intelegensi terlebih lagi dari segi moral dan akhlak yang menjadi output daripada pendidikan di negara ini. Mulai dari pendidikan tingkat TK, SD, samapai pada perguruan tinggi.
Hal wajar saja ketika muncul persepsi yang di kalangan masyarakat awam, yang menyatakan bahwa saat ini semakin tingi tingkat pendidikan generasi muda bangsa ini, semakin rendah pula tingkat pemahaman dan penerapan moral dan akhlaknya, padahal idealnya generasi muda bangsa ini yang tumbuh dan berkembang seyogyanya menjadi generasi yang memiliki moral dan akhlak yang baik dan dapat ditiru dan dipanuti oleh masyarakat non pendidikan dalam hal ini masyarakat awam yang tidak memiliki pendidikan yang memadai.
Tentunya stetmen dan ungkapan serupa tidak muncul serta merta begitu saja, tanpa ada yang mendasarinya. Ketika kita amati disekeliling kita, hal tersebut memang merupakan hal yang wajar. Penulispun cenderung sepakat dengan hal ini, karena berdasarkan pengamatan penuli (mungkin ini bersifat subjektif, tetapi setidaknya dapat memberi gambaran kondisi yang sesungguhnya), ungkapan tersebut didasari oleh adanya fenomena prilaku sosial pelajar dan mahasiswa yang umumnya memperlihatkan keburukan dan ketidak sesuaian antara perilaku dan akhlaq serta moral yang mereka terapkan dengan tingkat pendidikan yang mereka miliki. Dapat kita lihat mulai dari cara berpenampilan, sampai pada tutur kata dan sopan santunnya. Cara mereka memperlakukan seorang teman, keluarga (orang tua, saudara dan lainnya), sampai kepada guru dan dosennya.
Adalah sebuah realita di kalangan keluarga, seorang anak yang memiliki pendidikan, namun perkataan dan petuah dari kedua orang tuanya tak dihiraukan, justru lebih cenderung mengikuti pengajaran yang diperolehnya dalam pergaulan dimana anak tersebut senaknya berbuat dan senaknya bertingkah sesuka hati. Keluar rumah tanpa pamit ke orang tua, keluyuran tak jelas arahnya, pelajaran pun terabaikan, dan akhirnya tidak sedikit generasi yang seperti ini yang justru menjadi korban dari kehidupan pergaulannya, kemudian menjadi bagian dari para penghuni klub malam, pemakai obat-obatan terlarang, seks bebas dan akhirnya menjadi bagian dari tahanan yang bermukim di balik tembok berlin dengan jendela besi baja yang kokoh.
Inilah salah satu gambaran dari kehidupan modern yang disalah artikan oleh sebagian muda-mudi negeri ini. Dengan beranggapan bahwa kehidupan yang serba canggih dan serba mudah dalam mengakses khususnya informasi dan komunikasi, dapat membuat mereka menjadi manusia yang hebat dan bebas berbuat sesuai dengan kehendak masing-masing. Sebagaimana informasi yang diperoleh dari media, baik media cetak, maupun media elektronik. Padahal mereka tidak sadari bahwa mereka tengah berada di alam keterpurukan, terninabobokkan oleh segala pasilitas dan kemudahan yang ada disekelilingnya, yang justru membawa keburukan dan kesengsaraan bagi kehidupannya. Meskipun itu berawal dari kenikmatan dan kehedonan yang semu, akan tetapi dibalik itu semua ternyata yang menjadi akhir dari kesenangan yang sifatnya sementara itu terdapat jurang dan lembah kehinaan.
By : شمسول الإسلام
Hal wajar saja ketika muncul persepsi yang di kalangan masyarakat awam, yang menyatakan bahwa saat ini semakin tingi tingkat pendidikan generasi muda bangsa ini, semakin rendah pula tingkat pemahaman dan penerapan moral dan akhlaknya, padahal idealnya generasi muda bangsa ini yang tumbuh dan berkembang seyogyanya menjadi generasi yang memiliki moral dan akhlak yang baik dan dapat ditiru dan dipanuti oleh masyarakat non pendidikan dalam hal ini masyarakat awam yang tidak memiliki pendidikan yang memadai.
Tentunya stetmen dan ungkapan serupa tidak muncul serta merta begitu saja, tanpa ada yang mendasarinya. Ketika kita amati disekeliling kita, hal tersebut memang merupakan hal yang wajar. Penulispun cenderung sepakat dengan hal ini, karena berdasarkan pengamatan penuli (mungkin ini bersifat subjektif, tetapi setidaknya dapat memberi gambaran kondisi yang sesungguhnya), ungkapan tersebut didasari oleh adanya fenomena prilaku sosial pelajar dan mahasiswa yang umumnya memperlihatkan keburukan dan ketidak sesuaian antara perilaku dan akhlaq serta moral yang mereka terapkan dengan tingkat pendidikan yang mereka miliki. Dapat kita lihat mulai dari cara berpenampilan, sampai pada tutur kata dan sopan santunnya. Cara mereka memperlakukan seorang teman, keluarga (orang tua, saudara dan lainnya), sampai kepada guru dan dosennya.
Adalah sebuah realita di kalangan keluarga, seorang anak yang memiliki pendidikan, namun perkataan dan petuah dari kedua orang tuanya tak dihiraukan, justru lebih cenderung mengikuti pengajaran yang diperolehnya dalam pergaulan dimana anak tersebut senaknya berbuat dan senaknya bertingkah sesuka hati. Keluar rumah tanpa pamit ke orang tua, keluyuran tak jelas arahnya, pelajaran pun terabaikan, dan akhirnya tidak sedikit generasi yang seperti ini yang justru menjadi korban dari kehidupan pergaulannya, kemudian menjadi bagian dari para penghuni klub malam, pemakai obat-obatan terlarang, seks bebas dan akhirnya menjadi bagian dari tahanan yang bermukim di balik tembok berlin dengan jendela besi baja yang kokoh.
Inilah salah satu gambaran dari kehidupan modern yang disalah artikan oleh sebagian muda-mudi negeri ini. Dengan beranggapan bahwa kehidupan yang serba canggih dan serba mudah dalam mengakses khususnya informasi dan komunikasi, dapat membuat mereka menjadi manusia yang hebat dan bebas berbuat sesuai dengan kehendak masing-masing. Sebagaimana informasi yang diperoleh dari media, baik media cetak, maupun media elektronik. Padahal mereka tidak sadari bahwa mereka tengah berada di alam keterpurukan, terninabobokkan oleh segala pasilitas dan kemudahan yang ada disekelilingnya, yang justru membawa keburukan dan kesengsaraan bagi kehidupannya. Meskipun itu berawal dari kenikmatan dan kehedonan yang semu, akan tetapi dibalik itu semua ternyata yang menjadi akhir dari kesenangan yang sifatnya sementara itu terdapat jurang dan lembah kehinaan.
By : شمسول الإسلام
Tidak ada komentar:
Posting Komentar