Rabu, 11 Februari 2009

Victim of Valentine Day



Valentine merupakan salah satu ajang bagi manusia untuk berbagi cinta dan kasih sayangnya kepada yang dicintainya, terutama bagi sepasang kekasih atau muda mudi yang lagi dimabuk asmara. Begitulah kata sebahagian orang dalam menanggapi hari valentine. Ini pulalah yang menyebabkan kebanyakan remaja yang turut merayakan hari valentine menjadi korban pergaulan bebas yang diidentikkan dengan penyaluran kasih sayang secara mendalam. Padahal hal tersebut justru hanya merupakan tempat pelampiasan napsu asmara dan birahi.


Tidakkah kita berpikir bahwa kasih sayang itu diberikan kepada orang-orang terdekat atau orang-orang yang dicintai dan dikasihi semestinya tidak mengenal waktu, karena sesungguhnya setiap manusia diciptakan oleh Sang Khalik yang Maha Pengasih telah disempurnakan dengan sebahagian besar sifat-sifatNya termsuk sifat Pengasih dan Penyayang. Di sini penulis tidak mengatakan bahwa mengasihi dan menyayangi pada hari valentine itu salah, karena itu merupakan hal yang sifatnya fitrawi dan manusiawi, namun yang perlu ditekankan adalah mengapa harus di hari valentine yang seolah-olah dijadikan sebagai ajang pelampiasan rasa kasih dan sayang sebagian dari manusia yang merayakannya…?. Sampai-sampai sesuatu yang sangat dan paling berharga baginya pun terkadang diberikan kepada orang yang dikasihinya sebagai wujud kasih sayangnya, terutama bagi muda-mudi, yang sebenarnya belum semestinya mereka berikan kepada yang dikasihinya.

Inilah salah satu hal yang semestinya disadari oleh kita yang terkadang dikuasai oleh keinginan dan perasaan tanpa harus berpikir kritis terlebih dahulu atas apa yang kita lakukan. Memang perlu diakui bahwa ketika seseorang telah terbawa oleh arus perasaan dan keinginannya yang menggebu-gebu tanpa dibarengi oleh nalar berpikir yang jernih dalam memilah dan melakoni sesuatu dalam kehidupan ini, saat itulah manusia biasanya melakukan hal-hal yang sebenarnya fatal bagi dirinya, tetapi hal itu justru merupakan hal yang terbaik baginya saat itu karena telah dibuat tidak sadar dan terbuai oleh keinginan dan perasaan yang sedang menggebu-gebu pada dirinya. Sehingga saat pikirannya mulai berfungsi normal dan berfungsi secara jernih, disitulah baru mereka sadar bahwa apa yang telah dilakukannya itu ternyata telah merusak dirinya sendiri.

Kalau memang Anda ingin memberikan kasih sayang yang lebih kepada orang yang dicintai, bukankah lebih baik kita berpikir bijak bagaimana cara yang baik untuk memberikan kasih sayang itu setiap harinya kepada orang yang kita cintai dan sayangi, misalnya istri/suami, orang tua, sanak saudara dan teman, yang dapat berkesan dihatinya dan membuatnya merasakan hubungan Anda dengannya itu senantiasa bernilai spektakuler baginya. Sehinga hubungan yang kita bina dengannya senantiasa membawa kebahagiaan dan keceriaan tersendiri baginya dan bagi diri kita sendiri, yang akhirnya membuat langgengan hubungan kasih sayang kita dengannya.

Tahukah Anda bahwa apa dan bagaimana velentine itu sesungguhnya? dan mengapa valentine day itu ada, kemudian apakah hal tersebut merupakan budaya kita sebagai orang timur atau bukan dan dari mana asal muasalnya…? Sehingga Anda merayakannya. Jangan sampai kita hanyalah salah seorang di antara sekian banyak orang yang menjadi korban ketidak tahuan dan hanya ikut-ikutan kepada orang yang juga tidak mengetahui hakekat valentine itu sendiri. Mari kita pikir dulu matang-matang dengan menggunakan nalar dan pikiran yang jernih agar kita tidak menjadi orang yang hanya senantiasa ikut-ikutan dan tidak terbawa arus perasaan dan emosi dalam melakukan sesuatu, yang justru akhirnya membawa dampak negatif bagi diri kita sendiri.

Sejarah Valentine Day
Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan lari-lari di jejalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita muda akan maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikarunia kesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah. Perayaan Lupercalia ini adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari).

Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).

Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998).

Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, artinya menyekutukan Allah Subhannahu wa Ta’ala. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!

Naudzu billah min zalik, hal seperti itu kah yang kita harapkan? Dan apakah kebiasaan yang menjadi ritual keagamaan bagi umat yahudi dan nasarah seperti di atas yang kita juga ingin ikut-ikutan merayakannya? Tentu tidak. Nah, Sebagai seorang muslim kita hendaknya menginat pesan Rasulullah saw berikut:
“Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut, ”

Kemudian, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah juga berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah. ”

Hal ini lebih dipertegas lagi oleh Allah SWT dalam firmannya :
”Dan janganlah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya.” (Q.S. Al- Isra : 36)

”Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Q.S. Al-Imran: 85)


By : شمسول الإسلام

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kabar Pengunjung

Betapa hidup ini menjadi damai ketika setiap insan menanamkan kecintaan kepada Sang Pemilik Cinta Sejati dan kepada Sesamanya

  © Blogger templates Blogger Edit by peCinta Kedamaian

Back to TOP